Ageboy Blog: http://ageboy.blogspot.com/2012/04/cara-agar-blog-tidak-bisa-di-copy-paste.html#ixzz1toGYf5mk the Chic Sunrise: DONGKRAK ANTIK - WARKOP DKI

Minggu, 30 Januari 2011

DONGKRAK ANTIK - WARKOP DKI

1. Tiket Bioskop Atau Kereta?

“Bapak memanggil saya?” tanya Dono begitu masuk ke kamar penginap hotel.

“Ya silahkan masuk,” ujar bapak itu.

“Belikan saya tiket,” pesan bapak itu sambil mengambil dompetnya.

“Tiket apa pak?” “

Kereta api,”

“Saya kira tiket bioskop pak,” kata dono sambil mengambil uang dari bapak itu.

“Saya mau ke Surabaya, carikan saya tiket kereta api apa saja, pokoknya kelas 1,”

“saya ulangi , bukan tiket bioskop, tetapi tiket kereta api. Bukan begitu pak?” ulang dono.

“Bukan.. eeng, tiket kereta api!”

“Baik pak,” Dono pun segera meluncur ke tempat dengan bajaj.

Ia sampai di depan gedung bioskop. Sambil mengamati jejeran poster film, ia berpikir.

“Sebetulnya yang dipesan tadi apa sih? Bukan tiket kereta api, tapi tiket bioskop. Atau bukan tiket bioskop tapi tiket kereta api?”

“Mungkin tiket kereta api!” putusnya.

“Pak kita kembali ke stasiun lagi pak!” perintah dono, ia masuk lagi ke bajajnya yang menunggunya.

“Tiket kereta api, betul…” “Baik.” Mereka pun kembali ke stasiun gambir.

“Wah, kok saya jadinya ragu..?tiket kereta api, ataU tiket bioskop?” pikir dono setelah sampai.

“Tiket bioskop x?”

“Pak, kita kembali ke bioskop lagi pak,” kata dono . mereka pun melaju lagi. Jalan raya dipadati oleh penjual kain dan mobil. Mereka melwati pertokoan. Sesampainya di depan bioskop,

“Kok jadi tambah ragu ya? Rasa2nya dia memang bilang tiket kereta api, kok? Ayo pak, kita ke stasun lagi pak!”

“Biar tambah ongkos, pak. Tapi bolak balik begini, saya jadi pusing, ini udah 2x ke stasiun 2x ke bioskop. Pikir pak! Naaa, enaknya kercis bioskop aja pak!” kata supir bajaj kesal . “

Wah, iya deh,” ujaar Dono setju.

Di kamar bapak pemesan tiket tadi..

“Barangnya Cuma ini pak?” tanya kasino yang hendak mengangkut barangnya yang hendak check out.

“Bapak sudah periksa laci2nya? Soalnya nanti kalau sudah di atas kereta api, baru ingat ada yag ketinggalan, bisa repot pak,” ujar Kasino. Bapak itu sedang berkaca sambil menyisir rambutnya.

“Ya, ya.. trima kasih dek,” jawab tu bapak. Tak berapa lama kemudian, Dono pun datang dengan wajah puas.

“Ini pak,” ujarnya lantas memberikan selembar tiket pada bapak itu.

“Yang jam berapa?”

“Pertunjukan yang jam 7 seperempat pak,” jawab dono.

“Lho? Tadi kan saya bilang tiket kereta api? Bukannya tiket bioskop!” ralat bapak itu. Kasino yang sejak tadi ikut senyam-senyum pun langsung berubah ekspresi.

“Dasar monyet bau, kadal bintit, muka gepeng, kecoa bunting, babi ngepet, dinosaurus, brontosaurus, cih!” dono pun kabur.

2. Menjenguk paman di rumah sakit

Di becak, melewati taman yang hijau dan jalan raya yang sepi, Indro dan Mat solar berbincang2.

“Gue bingung, dro. Pendengaran gue kan kurang jelas. Nah paman gue lagi sakit. lah yang namanya orang sakit, kan ngomongnya pelan. Trus kalo ngomongnya pelan, man ague bisa dengerrr..?” cerita Matsol.

“Trus gimana car ague jawabnya Dro?” tanya matsol meminta usul. “Jangan kuatir.. gampang deh..”

“Biasenye, kalo kita nengokin orang sakit. yang mula2 kita tanyain, bagaimane keadaannye.”

“Bener, bener. Pertama2 bagaimana keadaannye?” ujar matsol.

“Ngaa, berhubung paman lo udah lame di rawat, brarti kan keadaannya udah makin baek, jadi dia pasti bilang ‘yaah, udah banyak kemajuan, tinggal nunggu sembuhnye aje.”

“Nah, lo mesti bilang ‘sukur deh, saya doain biar makin cepet.” Matsol mengulang kata2 indro dengan wajah cengok.

“Trus tanya soal makanannye. Makanan di rumah sakit sama makanan di rumah kan laen, tanyanya begini… bagaimana makanannya paman? Dia pasti jawab,

‘yaah, namanya untuk orang sakit, pasti diperhatiin betul. Selain makanannya enak, juga nilai gizinya tinggi…”

“Trus apa komentar guan anti?” tanya matsol yang pake baju kotak2 biru putih.”lu tinggal bilang, rumah sakit ini luar biasa. Makanan paman sangat disesuaikan dengan paman,” mereka pun sampai di depan rumah sakit.

Mereka berjalan kaki sediki untuk masuk ke wilayah gedung rumah sakit karena becak tidak boleh berhenti di dpannya. Matsol sambil menenteng seplastik jeruk pun mengulang kata2 indro tadi.

“Bagaimana keadaan paman sekarang? Yaah, lumayan. Jauh lebih baik, tinggal nunggu sembuhnya saja, sukur deh saya doakan biar..” brak! Matsol yang jalan gak liat2 kepalanya terpentol tiang.

“Makanya jangan meleeeng..” tegur Indro.

“Trus?” “Bagaimana makanannya di sini paman, waah disamping rasanya enak, gizinyajuga tinggi,” tiru Matsol di depan sepasang nenek dan kakek yang duduk di kursi dpan mreka berdiri diam.

“Maklum untuk orang sakit, luar biasa. Makanan itu cocok sekali untuk paman!”

“Pas! Trus!” lanjut Indro. Mereka pun kembali berjalan menuju kamar inap paman matsol .

“Dokternya bagaimana paman? Dokternya betul2 menyenangkan dan bertangan dingiin, hebat! Mereka tau betul memilih dokter yang tepat untuk panan!”

“Ya!”

Mereka pun masuk ke kamar paman.

“Selamat siang paman,” sapa matsol kepada pamannya yang terbaring pasrah di rumah sakit dengan seragam pasien berwarna kuning pucat.

“Kenalkan teman sya, indro.” Ujar matsol. Pamannya membetulkan kacamatanya.

“Indro,” indro menjabat tangan paman.

“Bagaimana keadaan paman sekarang, banyak kemajuan?” tanya matsol .

“Gimana apanya? Kalau begini, satu dua minggu lagi mungkin aku akan mati!” keluh paman.

“sukur, saya doakan biar makin cepat!” ujar matsol tanpa memperhatikan jawaban dengan apa yang harus ditanggapinya, ia tak berpikir.

“aaah?” pamannya terkejut. “Mm.. mm..emm..” matsol mengacungkan jempolnya pada indro.

“Bagaimana makanan di sini, paman? Enak?” lanjut matsol.

“Setiap hari dikasih makanan seperti makanan kuda!” “Luar biasa, makanan itu cocok sekali untuk paman!”

“aah!” indro menepuk jidatnya sndiri. Paman pun geram.

“eee..e…” indro hendak meralat ucapan matsol tapi gagapnya sekali lagi menghambatnya.

“Lalu dokternya bagaimana paman?”

“Apanya yang bagaimana? Aku yakin, yang merawatku hanya mantri hewan!”

“Hebat! Mereka tau betul, apa yang pantas untuk pasien seperti paman1”

“Anak yang tak tau sopan santun! Ayo pergi… pergi!” hardik paman. Si matsol pun bingung dan menatap indro dengan wajah herannya.

“Dro, dro, gimana Dro?!”\

Tidak ada komentar:

Posting Komentar