Ageboy Blog: http://ageboy.blogspot.com/2012/04/cara-agar-blog-tidak-bisa-di-copy-paste.html#ixzz1toGYf5mk the Chic Sunrise: CERITA KELAM MASA SMP

Minggu, 30 Januari 2011

CERITA KELAM MASA SMP

Ini cerita kelamku semasa SMP. Aku tak tahu, kenapa aku harus merasakan masa putih biru dengan pahit. Mungkin karena aku terlalu kekeh ketika memilih SMP sendiri. Orang tuaku menawarkan aku untuk masuk ke SMP ‘M’ atau sekedar mencoba daftar ke SMP ‘L’ Rawamangun. Tapi aku tidak mau dan tetap bersikeras untuk masuk SMP-IT ‘NH’, Kayu Manis.


Awal semester di kelas tujuh, semuanya baik-baik saja. Aku mempunyai tiga teman yang akrab, namanya N dan S. kami selalu bersama, saling membantu dan menemani. Tapi, seiring berjalannya waktu dan sosialisasi mulai berjalan, A atau yang sering dipanggil J menunjukkan bakat melawaknya di depan kelas. Aku senang, dia bisa menampilkan kelebihannya itu, tapi sayang… yang dijadikan bahan leluconnya adalah keadaan fisikku yang jauh dari kata normal ini.


Karena aku sering mengikuti ekskul dan lomba-lomba pidato, J meniru gayaku ketika berpidato dengan caraku berbicara dan meniru keadaan fisikku dengan menaikkan kelopak mata kirinya dengan pecinya. Dan itu membuat teman-temanku tertawa senang. Sedangkan aku, memojokkan diri, menundukkan kepala dan menumpahkan tangis sendiri.


Beberapa teman dekatnya pun banyak yang terkontaminasi, terpangaruh untuk ikut menyudutkanku. Melecehkanku karena kelainan fisik yang kumiliki. Mereka mengikuti gaya J ketika meledekku, mereka juga menghindariku. Sampai-sampai ketika aku berada di depan nya, mereka langsung menutup mata, berteriak histeris atau memalingkan muka. Padahal aku tidak berbuat apa-apa dan aku tidak menakuti mereka sama sekali. Dan yang paling membuatku sakit hati adalah, kertas ulanganku pun tak ada yang mau mengoreksi ketika kami harus mengoreksi hasil ulangan bersama-sama.


Aku hanya bisa memendam kepedihan hati ini, dan kucurahkan isi hatiku hanya kepada satu orang, dan kini kunobatkan menjadi sahabatku. Namanya U. Aku mengenalnya lebih dekat ketika hendak naik kelas delapan, setelah N dan S mulai menjauhiku juga. Alasannya, siapapun yang menjadi teman dekatku akan mengalami nasib yang sama denganku : dipojokkan dan dimusuhi. Tapi hanya U yang mau menemaniku. Itu berarti, U tidak memandangku karena fisik. Tapi ia menawarkan ketulusan hati untukku yang sedang sangat membutuhkan itu.


Saat aku sudah tak mampu lagi menahan semua ini, aku melaporkan semua kronologi kejahatan J langsung ke kepala sekolahku. Sebetulnya aku sudah sering menangis dan bercerita pada guru BK ku, dan sudah diberikan solusi serta dibantu memecahkan masalahnya. Tapi, sama saja. J hanya berubah beberapa menit setelah itu ia kembali lagi ke tabiat aslinya yang tak pernah menerima baik keadaanku. Kepala sekolahku memberikanku filosofi pohon yang semakin tinggi akan semakin kencang dihembus angin, jika seseorang berkaca dan ia melihat keburukan wajahnya, itu karena cermin yang buruk, bukan dirinya, dan ada satu lagi tapi aku kurang ingat persis kata-katanya. Dan kepala sekolahku juga meliburkanku selama enam hari untuk shock therapy teman-temanku, terutama J.


Selama enam hari, setiap pagi pukul delapan aku mendapat telepon. Dan peneleponnya selalu sama, J sang provokator yang selalu kubenci dan U sahabat terbaikku. Dengan kata-kata yang selalu sama pula. J : “Mut, gue minta maaf banget. Gue nyesel banget udah menghina lo. Gue bakalan berubah deh, gak kayak gitu lagi.. tapi lo masuk dong.. gue gak enak nih sama lo.. lo juga jadi ketinggalan pelajaran. Bentar lagi kita UN lho…” ~kata-kata bualan, J….


Dan U : “Mut, lo masuk dong.. gak enak nih gak ada lo.. gue jadi sendirian, gak ada temen ngobrol, gue ke mana-mana sendiri, ke kantin sendiri, belajar sendiri, pulang sendiri.. gue bengong mulu gak ada lo.. kan kalo ada lo kita bisa main-main, cerita-cerita, jajan bareng, pulang bareng… gue kangen sama lo Mut…”


Dan akhirnya, hari Senin pun aku siap sekolah lagi. Aku sudah terlalu banyak meninggalkan pelajaran penting. Keadaan di sekolah menjadi lebih baik meskipun masih ada percikan-percikan kecil yang membuatku emosi kembali, dan ujung-ujungnya semua keadaan yang tenang itu hanya sementara dan semuanya kembali lagi seperti dulu, tapi lebih bisa kuterima dan kulewati. Karena aku sudah semakin kuat dan kebal menghadapi segumpal batu kecil yang merintangi dan mencoba menyandungku dalam hidupku.

1 komentar: