Ageboy Blog: http://ageboy.blogspot.com/2012/04/cara-agar-blog-tidak-bisa-di-copy-paste.html#ixzz1toGYf5mk the Chic Sunrise: CHIPS - WARKOP DKI

Minggu, 30 Januari 2011

CHIPS - WARKOP DKI

Akhir Kisah Dono- Lita

Sore-sore…..

“Kamu tunggu di sini dulu ya. Aku mau memberikan ucapan selamat ulang tahun pada Lita, kalau kupanggil kau baru turun,” pesan Dono, ia pun turun dari mobil. Indro dan Kasino menungguinya dim obil.

“Gila, kita diajakin kemari Cuma mau dibikin kambing congek,” kata Kasino.

“Spada, spaada… sapada..” salam Dono, serangkai bunga di tangannya.

“Gue heran sama si Dono. Bisa kegilaan setengah mati sama tuh cewek. Kalo gue, dikasih tuh cewek. Hm, belum tentu gue tolak,”

“Kalo gue sih mending tidur di rumah, dapet kagak.. kepaanasan udeh jelas,”

“Selamat ya,”ujar Dono lantas memberikan bunga itu pada Lita. “Kok orang lain yang diundang? Kok aku tidak? Tapi gapapa, justru orang yang paling dekat sering lupa diundang,” sambungnya, ia pun duduk di sofa ruan tamu depan rumah.

“Mereka bukan merayakan ulang tahun, Don. Sedang rapat keluarga, aku harus segera menikah,” kata Lita.

“Hah? Jangan main-main. Menikah kan gak gampang, modal pacaran saja belum cukup. Apalagi kalo kita punya anak. Terus terang, aku belum siap. Katakana pada keluargamu kalau aku tidak mau ditodong begitu saja,” ujar Dono panjang lebar. “Uang sewa rumah ini harus segera dibayar. Kalau tidak, kami akan diusir. Belum lagi, biaya sekolah adik-adikku, untuk makan sehari-hari,” “Ya, tapi aku belum punya cukup uang untuk membayar sewa rumah ini,” jawab Dono. “Biarin deh, akan kujual mobil butut itu,” “Aku tau kau belum siap Don. Makanya itu, aku tidak mau membebani kau,” “Apa maksudmu?” “Teman sekelas ayahku di SD dulu sudah lama menduda. Istrinya meninggal, dia tidak punya anak. Dialah yang akan membiayai kami,” terang Lita. “Tak kuduga kau begitu materialistis, kau korbankan cintaku demi uang!” ujar Dono kesal. “Don, bukan demi uang. Tapi demi kelangsungan hidup keluarga kami, demi ibuku dan adik-adik. Bukan hanya cintamu yang kukorbankan, tetapi juga cintaku, diriku, masa depanku,”

“Aku mencintaimu, Don. Tapi… kita harus belajar untuk saling melupakan, mungkin Tuhan tidak merestui perjodohan kita. Aku juga harus belajar untuk mencintai calon suamiku,” ujar Lita dengan lirih, sambil mendekap bahu Dono. “Kalau sudah begitu, aku bisa apa lagi?” ujar Dono pasrah.

“Aku ingin bertemu dengan calon suamiku Lita..”

“Dia ada di dalam. Tapi, tak usah kau jumpai dia.”

“Aku harus sportif, siapapun yang menjadi calon suamimu aku harus ucapkan selamat atas keberuntungannya,”

“Lebih baik jangan, Don,”

“Hanya ini permintaanku, aku rela kau kawin dengan dia,”

“Ehem….” Bos berdeham dengan suara serak. Ia keluar sambil menghembuskan asap cerutunya. Ia tertawa di depan Dono. “Aku mengucapkan terima kasih padamu karena kau telah memperkenalkan aku dengan kawan lama, calon istriku,” katanya. “Mmm… jadi bapak yang telah merusak masa depan saya!” Dono mencabut puntung rokok dari mulut bos dan menginjak-injaknya. Ia memukul bos, dan bos menangkisnya hingga ia koprol dan terjungkang keluar rumah. Untung ada Kasino dan Indro yang berdiri di depan rumah menahannya.

“Eh, awas lo kalo ketemu di jalan! Gue gak takut! Kalo berani satu lawan satu!” ancam Dono. “Emangnya kenapa, sih Don?” tanya Kasino sambil menepuk pundak Dono. “Masa’ gue dikeroyok? Terang aja gue kalah!” jawab Dono. “Dikeroyok lo, Don?” tanya Indro. Ia pun maju dengan langkah yang pasti. “Eh, apa kau baju merah? Petantang-petenteng?” hardik bos yang keluar. “Ah, nggak, bos. Tangan saya bekas patah!” jawab Indro yang langsung ciut begitu bos yang berdiri di depannya.

“Mari bos!” pamit Indro. Mereka segera bergegas melajukan mobil sekencang-kencangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar